PembangunanSolar Dryer Dome Nama Paket: Pembangunan Solar Dryer Dome: Unit: LPSE Provinsi Jawa Barat: Pagu: Rp. ,00 (2,0 M) Tanggal: 07-Juni-2022 s/d 15-Juni-2022: Metode: Tender - Pascakualifikasi Satu File - Harga Terendah Sistem Gugur: Lokasi Pekerjaan: Desa Panyindangan Kec. Cisompet, Desa Mekarmukti Kec. Cibalong, Desa
Petani kopi di Dusun Ngarip Induk, Pekon Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, kini memiliki alat pengering kopi bersumber tenaga matahari. Alat bernama solar dryer dome coffee ini berbentuk seperti kubah yang 100 persen energinya bersumber dari matahari. Dengan alat ini, kopi dapat kering dalam waktu 10 hari. Sebelumnya, masyarakat mengandalkan sinar matahari saja sehinga pengeringan kopi berlangsung hingga satu bulan. Kopi yang dijemur biasanya dijual petani Ulu Belu dengan harga antara – per kilogram. Sementara, dengan solar dryer dome harga jualnya meningkat hingga – per kilogram. Jam menunjukkan pukul empat sore WIB. Kabut disertai rintik hujan kecil mulai menyelimuti rumah Sugeng Widodo [44] di Dusun Ngarip Induk, Pekon Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, akhir Desember 2020 lalu. Jalan terjal, terdiri tanah dan batu dengan kemiringan sekitar 45 derajat, harus dilewati untuk sampai ke rumah Sugeng. Terkadang, hanya sepeda motor yang sudah dimodifikasi yang mampu mencapai kediamannya. Sugeng adalah petani kopi, namun ia menanam juga cabai, pisang, vanila, cengkih, dan durian. Dari hasil itu semua, lelaki ini mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Sore itu, Sugeng menyuguhkan kopi robusta hasil produksinya sendiri. Tercium aroma khasnya, nuansa gula aren. “Mau pakai gula atau tidak?,” tanya pria yang dipercaya menjadi Ketua Kelompok Tani Hutan [KTH] Margo Rukun, kepada saya. Sejak 2013, Sugeng mulai bertani kopi dengan teknik agroforestri di areal hutan kemasyarakatan [HKm]. Tergabung dalam KTH Margo Rukun, dia bersama petani kopi lainnya menggarap lahan seluas hektar. Kopi memang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian masyarakat di sini. Produksi rata-rata mencapai 800 kilogram hingga 1,2 ton per hektar. Kampung Sugeng, berada di ketinggian meter di atas permukaan laut [mdpl]. Curah hujan cukup tinggi. Hal itu sekaligus menjadi kendala petani untuk mengeringkan kopinya. Setiap kali panen, mayoritas petani menjemur di halaman rumah. Ada yang memakai terpal sebagai alas. Ada juga yang menggunakan para-para [rak penjemuran terbuat dari kayu atau bambu]. Menurut Sugeng, petani kopi di KTH Margo Rukun kerap kesulitan untuk mengeringkan kopi hasil panen. Energi panas yang bersumber dari matahari, masih menjadi tumpuan utama, namun, kopi lama kering karena sering hujan. “Biasanya bisa memakan waktu 25 – 30 hari,” katanya. Kondisi ini bisa berdampak pada menurunnya kualitas. “Kopi bisa rusak bila terlalu lama dijemur, apalagi terkena air hujan terus-menerus,” ujar Sugeng Baca Penjaga Bumi dari Lampung Barat Perhutanan sosial melalui skema hutan kemasyarakatan juga memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat di Register 45B, Pekon Tugusari, Kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat, Lampung. Foto Lutfi Yulisa Manfaatkan energi surya Marfuah [33], petani kopi anggota KTH Margo Rukun, juga mengaku kesulitan mengeringkan kopi hasil panennya. “Telat diangkat, kopi basah karena kehujanan,” katanya. Bahkan, kopi yang di jemur di atas tanah bisa berjamur. Beruntung bagi Marfuah dan kelompok tani hutan di desanya. Awal 2020, khusus KTH Margo Rukun dan Kelompok Simpan Usaha [KSU] Srikandi, mereka mendapat bantuan dua unit solar dryer dome coffee. Alat ini merupakan pengering kopi berbentuk seperti kubah yang 100 persen energinya bersumber dari matahari. Bantuan tersebut disalurkan oleh Ruko Kolaborasi [RuKo] -konsorsium pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di Lampung- bekerja sama dengan WWF Indonesia melalui program Sustainable Renewable Energy [SRE]. “Dengan alat tersebut, kopi kering dalam waktu sepuluh hari,” ujar Marfuah. Baca Kopi Agroforestri, Cara Merawat Hutan Lampung Barat Inilah bentuk solar dryer dome coffee, tempat pengeringan biji kopi. Foto Derri Nugraha Alat ini menggunakan bahan polikarbonat sebagai dinding kubah. Bahan yang dapat menyerap panas matahari cukup baik. Sehingga, kopi cepat kering. Alat ini tentunya memanfaatkan panel surya untuk menyimpan energi matahari. Energi yang tersimpan digunakan untuk proses pengeringan pada malam hari, menggunakan panas dari cahaya lampu. Sehingga, pengeringan langsung 24 jam. Menurut pegiat RuKo, Zulfaldi, alat pengering kopi tenaga surya itu merupakan implementasi dari energi baru terbarukan. “Pada Januari 2020, ada pertemuan berbagai elemen yang bergerak di bidang energi terbarukan di Indonesia, berlangsung di Bogor. Hasil pertemuan itu muncul ide implementasi energi terbarukan dan RuKo memilih solar dryer dome coffee,” katanya. Selain itu, dome dinilai mampu meningkatkan kualitas kopi karena mempersingkat proses pengeringan. Zulfaldi berharap, kubah pengering kopi dapat menjadi model pengembangan produksi kopi di Lampung. “Semoga alat ini mendapat dukungan berbagai pihak,” ujarnya. Pengeringan biji kopi di dalam dome saat malam hari. Foto Dok. Sugeng Tingkatkan kualitas Penyerapan panas yang maksimal melalui alat tersebut, membuat kopi yang dijemur kering merata. Dome juga memiliki sensor suhu dan blower angin. Saat suhu melebihi batas pengeringan, antara 45 sampai 50 derajat Celcius, blower otomatis hidup untuk mengurangi intensitas panas. Menurut Tugino [54], kopi yang dijemur dengan dome memiliki aroma dan warna berbeda dibandingkan bila dijemur di atas tanah. “Kalau dijemur biasa warnanya kepucatan, serta menyengat bau tanah. Menggunakan dome, warnanya kuning mengkilat, muncul aroma khas kopi Ulu Belu, seperti bau gula aren,” terangnya. Seiring meningkatnya kualitas, harga jual kopi pun naik. Tugino mengatakan, kopi yang dijemur biasa harganya antara – per kilogram. Sementara dengan dome harganya mencapai – per kilogram. “Petani mulai pintar, mengaplikasikan kopi petik merah untuk dijemur di dome,” katanya. Tugino berharap, alat ini dapat dikembangkan di Lampung. “Kami sangat terbantu, terlebih menggunakan energi matahari yang ramah lingkungan,” paparnya. Biji kopi yang dikeringkan dalam dome, terlihat cerah. Foto Derri Nugraha Produksi Sugeng bersama anggota KTH Margo Rukun, melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial [KUPS] pun telah memproduksi bubuk kopi dengan merek dagang “Kopi Hutan Lampung”. Tetu saja, teknik panen yang digunakan adalah petik merah yang lalu dikeringkan dalam dome. “Bahan bakunya selain punya sendiri, juga dari anggota.” Produk ini dipasarkan tidak hanya di Lampung tapi juga ke Jakarta, Tanggerang, Semarang, Bali, juga Medan. Harga jualnya per kemasan 200 gram. Untuk saat ini, produksi bubuk kopi baru sekitar 40-60 kilogram per bulan. “Kalau peningkatan produksi itu bisa. Namun, saat ini memperluas jaringan pemasaran dengan tetap mempertahankan kualitas produk, jauh lebih penting,” terang Sugeng. Produk bubuk kopi robusta hasil produksi Sugeng dan anggota KUPS [Kelompok Usaha Perhutanan Sosial]. Foto Derri Nugraha Dorong teknik agroforestri Ulu Belu dan sekitar, merupakan daerah hutan lindung yang lokasinya di wilayah hulu, sehingga kondisinya akan berpengaruh terhadap daerah hilir. Oleh sebab itu, agar kondisi hutan tetap terjaga, Dinas Kehutanan [Dishut] Provinsi Lampung mendorong petani setempat agar menerapkan budidaya kopi dengan teknik agroforestri. Teknik ini menggabungkan kopi dengan tanaman lain sebagai naungan, untuk menjaga fungsi hutan. Biasanya, menerapkan penanaman pohon dengan strata tajuk, mulai dari tajuk tinggi, sedang, dan rendah. “ Memang menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk mendorong petani menerapkan cara ini,” ujar Kepala Dinas Kehutanan, Yanyan Ruchyansyah. Menurut mantan kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan [KPH] Batutegi itu, pihaknya mendorong petani di Ulu Belu untuk meningkatkan kualitas kopi. “ Jadi, fokus utama kami adalah peningkatan kualitas. Berapapun jumlah produksinya yang penting nilainya tinggi,” katanya. Selain menjaga fungsi hutan, penerapan agroforestri juga dapat menambah penghasilan bagi petani kopi. “Dengan teknik ini, harapannya petani bisa mendapat penghasilan tambahan dari tanaman lain. Sehingga, tidak ada lagi masa paceklik,” ujar Yanyan. * Derri Nugraha, jurnalis lepas yang minat pada persoalan lingkungan di Lampung. Aktif di AJI Bandar Lampung Artikel yang diterbitkan oleh
Penggunaanteknologi Solar Dryer Dome dianggap solusi masalah pengeringan. Penggunaan teknologi Solar Dryer Dome dianggap solusi masalah pengeringan. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; Friday, 18 Zulqaidah 1443 / 17 June 2022. Menu. HOME; IQRA Kajian Alquran; Doa; Hadist; Khutbah Jumat
Ciwidey - Siapa yang tidak kenal dengan Ciwidey? Ciwidey merupakan nama desa sekaligus kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan wisata Kawah Putih. Daerah ini memiliki struktur tanah yang sesuai dengan budidaya tanaman hortikultura khususnya cabai dan bawang. Cakrawati, Kasi PPHH Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa pengembangan kawasan cabai terus dilakukan terutama pada sentra - sentra produksi utama yaitu di Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Majalengka dan Sukabumi. "Produksi cabai di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari 2015 sebanyak menjadi ton pada 2017. Sejalan dengan pengembangan kawasan di kawasan tersebut juga dikembangkan olahan cabai untuk meningkatkan nilai tambah," ujar Cakrawati. Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi pembangunan Solar Dryer Dome SDD atau teknologi pengering cabai menggunakan cahaya matahari kepada Kelompok Tani Hataki di Desa Cobodas Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Keberhasilan pembangunan ini merupakan berkat kerja sama yang baik antara Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dengan Kelompok tani penerima. "Kerja sama ini juga disertai motivasi dan komitmen petani cabai yang tinggi. Kelompok tani ini sudah lama mendambakan teknologi SDD ini," tambah Cakrawati. Teknologi SDD merupakan salah satu solusi pengeringan tradisional menggunakan sinar matahari. Keuntungannya, dapat mempersingkat waktu pengeringan cabai yang biasanya delapan hari menggunakan oven, menjadi empat hari menggunakan SDD. Keuntungan lainnya, lanjut Cakrawati, produk menjadi lebih bersih, higienis, kualitas produksi jauh lebih baik dalam mempertahankan warna, kulit, dan rasa aslinya. Media ini memiliki suhu 60 C dan jumlah kapasitas pengeringan yang besar yaitu sampai 800 kg. Teknologi SDD untuk petani cabai Bandung merupakan langkah awal penerapan teknologi pengeringan cabai di Indonesia. "Keberadaan teknologi pengering cabai ini menjadi solusi buat petani cabai pada saat panen raya dan harga cabai murah sehingga dapat dilakukan pengeringan secara dini dapat disimpan waktu lama," ucap Samsuardi, Kasi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat. Bandung merupakan daerah sentra produksi cabai kriting dan cabai rawit di Provinsi Jawa Barat. Daerah penghasil cabai berada di Kecamatan Pengalengan, Ciwiday, Pasir Jambu, Pacet, Ibun dan Paseh. Pada 2018 produksi cabai sebanyak kuintal untuk cabai merah dan kuintal untuk cabai rawit. Felly Fitriani, Kasi Sayuran Dinas Pertanian Kab Bandung mengatakan, "Fasilitasi teknologi SDD sangat membantu petani cabai dikarenakan pada saat panen raya dan harga cabai murah maka petani tidak mau panen cabai karena biaya panen lebih tinggi dari biaya produksi. Berkat teknologi, petani tidak khawatir lagi datang saat panen raya." Felly bercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp 4 ribu per kg. Saat - saat seperti inilah, ujar Felly, kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya. Nandang, anggota Kelompok Tani Hataki Desa Cobodas, Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung merasa senang menerima bantuan ini. "Teknologi pengering ini dapat memperpanjang usaha kelompok di bidang pengolahan cabai karena selama ini masih terbatas pada budidaya. Kadang tidak tertolong pada saat harga cabai murah," ujar Nandang. Cabai keriting yang telah dikeringkan masih menghasilkan bubuk cabai berkualitas. Warna cabai, kata Nandang, tetap merah dan tidak terjadi perubahan warna. Waktu simpan sampai enam bulan dengan tingkat penyusutan 70 persen dari cabai basah. Nandang bercerita, produk bubuk cabai yang dihasilkan sementara ini masih dalam penjajakan masuk ke restoran Thailand di Jakarta melalui perantara mahasiswa ITB magang di sini dan sudah membawa sampelnya. "Selain teknologi Solar Dryer Dome digunakan untuk pengeringan cabai, ke depan akan dimanfaatkan untuk pengeringan komoditas pertanian lainnya karena Ciwidey merupakan sentra hortikultura," ujar Diah Ismayaningrum, Kasubdit Pengolahan Hortikultura. Teg
Polriungkap penyalahgunaan puluhan ton solar bersubsidi di Pati. Polri ungkap penyalahgunaan BBM solar bersubsidi di Pati dengan barang bukti 25 ton solar dan sejumlah mobil pengangkut solar. Seperti apa modusnya? Modus solar subsidi, modus permainan lama. 24/05/2022 13:42:00 Baca lebih lajut
MONITOR, Bandung – Siapa yang tidak kenal dengan Ciwidey? Ciwidey merupakan nama desa sekaligus kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan wisata Kawah Putih. Daerah ini memiliki struktur tanah yang sesuai dengan budidaya tanaman hortikultura khususnya cabai dan bawang. Cakrawati, Kasi PPHH Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa pengembangan kawasan cabai terus dilakukan terutama pada sentra – sentra produksi utama yaitu di Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Majalengka dan Sukabumi. “Produksi cabai di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari 2015 sebanyak menjadi ton pada 2017. Sejalan dengan pengembangan kawasan di kawasan tersebut juga dikembangkan olahan cabai untuk meningkatkan nilai tambah,” ujar Cakrawati. Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi pembangunan _Solar Dryer Dome_ SDD atau teknologi pengering cabai menggunakan cahaya matahari kepada Kelompok Tani Hataki di Desa Cobodas Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Advertisement - Keberhasilan pembangunan ini merupakan berkat kerja sama yang baik antara Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dengan Kelompok tani penerima. Petani Cabai Ciwidey “Kerja sama ini juga disertai motivasi dan komitmen petani cabai yang tinggi. Kelompok tani ini sudah lama mendambakan teknologi SDD ini,” tambah Cakrawati. Teknologi SDD merupakan salah satu solusi pengeringan tradisional menggunakan sinar matahari. Keuntungannya, dapat mempersingkat waktu pengeringan cabai yang biasanya delapan hari menggunakan oven, menjadi empat hari menggunakan SDD. Keuntungan lainnya, lanjut Cakrawati, produk menjadi lebih bersih, higienis, kualitas produksi jauh lebih baik dalam mempertahankan warna, kulit, dan rasa aslinya. Media ini memiliki suhu 60 C dan jumlah kapasitas pengeringan yang besar yaitu sampai 800 kg. Teknologi SDD untuk petani cabai Bandung merupakan langkah awal penerapan teknologi pengeringan cabai di Indonesia. “Keberadaan teknologi pengering cabai ini menjadi solusi buat petani cabai pada saat panen raya dan harga cabai murah sehingga dapat dilakukan pengeringan secara dini dapat disimpan waktu lama,” ucap Samsuardi, Kasi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat. Bandung merupakan daerah sentra produksi cabai kriting dan cabai rawit di Provinsi Jawa Barat. Daerah penghasil cabai berada di Kecamatan Pengalengan, Ciwiday, Pasir Jambu, Pacet, Ibun dan Paseh. Pada 2018 produksi cabai sebanyak kuintal untuk cabai merah dan kuintal untuk cabai rawit. Felly Fitriani, Kasi Sayuran Dinas Pertanian Kab Bandung mengatakan, “Fasilitasi teknologi SDD sangat membantu petani cabai dikarenakan pada saat panen raya dan harga cabai murah maka petani tidak mau panen cabai karena biaya panen lebih tinggi dari biaya produksi. Berkat teknologi, petani tidak khawatir lagi datang saat panen raya.” Felly bercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp 4 ribu per kg. Saat – saat seperti inilah, ujar Felly, kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya. Nandang, anggota Kelompok Tani Hataki Desa Cobodas, Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung merasa senang menerima bantuan ini. “Teknologi pengering ini dapat memperpanjang usaha kelompok di bidang pengolahan cabai karena selama ini masih terbatas pada budidaya. Kadang tidak tertolong pada saat harga cabai murah,” ujar Nandang. Cabai keriting yang telah dikeringkan masih menghasilkan bubuk cabai berkualitas. Warna cabai, kata Nandang, tetap merah dan tidak terjadi perubahan warna. Waktu simpan sampai enam bulan dengan tingkat penyusutan 70 persen dari cabai basah. Nandang bercerita, produk bubuk cabai yang dihasilkan sementara ini masih dalam penjajakan masuk ke restoran Thailand di Jakarta melalui perantara mahasiswa ITB magang di sini dan sudah membawa sampelnya. “Selain teknologi Solar Dryer Dome digunakan untuk pengeringan cabai, ke depan akan dimanfaatkan untuk pengeringan komoditas pertanian lainnya karena Ciwidey merupakan sentra hortikultura,” ujar Diah Ismayaningrum, Kasubdit Pengolahan Hortikultura. - Advertisement -
Fellybercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp 4 ribu per kg. Saat - saat seperti inilah, ujar Felly, kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya.
Solardryer adalah alat alternatif metode hasil produksi pertanian lebih hemat energi. Solar Dryer ini adalah hasil penelitian dari Dr. Serm Janjai, peneliti dari Silpakorn University - Thailand. Solar dryer dome ini sendiri memiliki bentuk seperti kubah dengan inkubator ruangan yang tertutup seperti green house, dan dilihat sekilas mirip dengan solar tunnel.
Kondisitertutup Solar Dryer Dome menjaga produk tetap higenis terhindar dari kontaminasi debu dan mikroorganisme yang dapat merusak kualitas cabai. Solar Dryer Dome menggunakan energi matahari sebagai sumber panas. Penggunaan Solar Dryer Dome yang mudah, efektif dan efisien diharapkan sebagai solusi bagi petani untuk menghindari fluktuasi harga cabai.
SolarDryer Done - Improve your productivity and turnover with solar dryer solution. Benefits for commodity grower: lessen drying time - time saving, reduce losses caused by the spoilage / wastage up to 50% Plastikini sangat cocok untuk atap solar dryer ataupun grenhouse. Jika anda membutuhkan plastik UV silahkan hub : 085233925564 / 081232584950 / 087702821277. Klik DISINI untuk info harga plastik UV terupdate. Setelah menggunakan solar dryer dome pengeringan hanya butuh waktu kurang dari 5 hari dan dengan tingkat kekeringan 90-100%. Hasilnya bisa dimanfaatkan karena semua tidak ada yang busuk maupun .
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/436
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/652
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/679
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/343
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/296
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/200
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/12
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/208
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/760
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/880
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/687
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/188
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/459
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/96
  • 2kr4l4sts7.pages.dev/759
  • harga solar dryer dome